Peran Kelas Menengah Meningkatkan Daya Saing


 

Potensi besar yang dimiliki oleh kelas menengah di Indonesia merupakan tantangan dan peluang untuk meningkatkan daya saingnya.

 

Sebagai bentuk kepedulian terhadap perekonomian Indonesia, Yayasan Bakti BCA melalui BCA Learning Service menggelar seminar tahunan bertajuk “The Rise of the Indonesian Middle Class” yang berlangsung di Grand Ballroom, Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta (7/12). Seminar dibuka oleh Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia, Tbk. “Dalam seminar ini, kita akan mengetahui sejauhmana penguasaan informasi dan timbulnya kelas menengah di Indonesia sebagai bagian penting dari perekonomian bangsa,” ujar Jahja Setiaatmadja.
Sebagai pembicara kunci, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, menekankan potensi besar yang dimiliki oleh kelas menengah di Indonesia merupakan tantangan dan peluang untuk meningkatkan daya saingnya. Apalagi, menurut Mari, Indonesia kini menduduki peringkat ke-17 dari 139 negara yang memiliki daya saing sumber daya alam dan kekayaan budaya di peringkat ke-39, Indonesia memiliki peluang dalam mengembangkan ekonominya seiring dengan tumbuhnya kelas menengah. Kementeriannya pun kini memiliki 15 subsektor industri kreatif, termasuk kuliner. “Kita telah mendapat pembelajaran berharga ketika tahun 2009 terjadi krisis global yang menurun hingga 12 persen. Saat itu tourism mancanegara di Indonesia justru naik 0,36% dan wisatawan nusantara naik 1,7 persen,” ujarnya.
Bahkan Mari menyebutkan bahwa pada Juli 2011, menjadi pencapaian tertinggi dalam hal kunjungan turis mancanegara. Demikian pula dengan potensi wisnus yang mencapai 235 juta perjalanan setiap tahunnya. Namun demikian, untuk mencapainya Mari meminta agar infrastruktur yang ada dapat segera diperbaiki, termasuk pelayanan kepada para wisatawan mulai dari bandara, di perjalanan, hotel, tujuan wisata, kuliner, hingga mereka kembali mengakhiri perjalanan wisatanya. Mari pun memberikan tantangan kepada perbankan untuk mulai melirik potensi industri kreatif.
Pada sesi sebelumnya, Cyrillus Harinowo, Komisaris BCA dan Komisaris Unilever Indonesia, memaparkan tema “Menuju Perekonomian 1 Triliun USD”. Cyrillus mengungkapkan pertumbuhan middle class di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatannya terlihat dari sejumlah indikator seperti makin banyaknya pemilik kendaraan, tingkat hunian hotel tinggi, serta penjualan di sektor properti. Bangkitnya kelas menengah di Indonesia juga menyebabkan terjadinya pergeseran permintaan produk ke arah life style. Menurutnya, IMF telah memprediksi Indonesia akan mencapai PDB 1 triliun.

Sementara pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia M. Chatib Basri menyoroti potensi demographic transition, yaitu perubahan proporsi kelompok usia penduduk yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi, keseimbangan fiskal, ketersediaan tenaga kerja, inflasi, belanja kesehatan, kebutuhan perumahan, hingga populasi di kota-kota besar.
Pembicara lainnya adalah Joko Widodo, Walikota Surakarta, yang berhasil mengembangkan kota Solo dalam berbagai aspek. Jokowi, sapaan akrabnya, mampu membuat terobosan dalam setiap kebijakannya yang humanis. Seperti proses pemindahan pedagang kaki lima dari Taman Banjarsari ke Pasar Klitikan yang tanpa kekerasan dan diberikan secara gratis. Para PKL hanya dipungut Rp 2.600 per hari yang dalam jangka waktu 8,5 tahun akan mampu mengembalikan biaya relokasi yang telah dikeluarkan. Jokowi juga sukses mengembangkan pariwisata meluncurkan bus tingkat pariwisata pertama di Indonesia, “sepur kluthuk”, serta kereta kencana. Usaha mikro pun didukungnya lewat kebijakan perijinan gratis.
Sedangkan pengusaha batik Afif Syakur dan pengusaha bakmi Wahyu Saidi, memaparkan kiat sukses dalam meniti usaha. Bahkan Wahyu Saidi sempat mengungkapkan kegagalannya yang berujung tutupnya 392 gerai dan hanya menyisakan 12 gerai.
Pada sesi lain, Frans S. Sunito, Presiden Direktur PT Jasa Marga (Persero) Tbk., menyampaikan paparan soal pembangunan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedangkan Hendra Heryadi Widjonarko selaku Chief Operating Officer PT Mulia Industrindo Tbk., mencoba memberikan gambaran prospek industri manufaktur di Indonesia. Sementara Sandiaga S Uno pun menyampaikan tanggapannya tentang perubahan gaya hidup kelas menengah di Indonesia. Menurutnya, tantangannya adalah dengan mempertanyakan kepada diri sendiri, apakah kita akan menjadi pemain atau hanya sebagai penonton saja.